Dobo : Parodi Brand |
Senin, 17 November 2014
Kamis, 13 November 2014
Selasa, 23 September 2014
DOBO: Mangga Bekas Kalong
Selasa, 16 September 2014
Sabtu, 13 September 2014
Sketsa cover Komik KANCIL
Senin, 08 September 2014
Dobo: ICE BUCKET CHALLENGE
Dobo ditantang Si Koel untuk melakukan Ice Bucket Challenge.
Kharakter "Koel" milik Kurnia Harta Winata
Rabu, 16 April 2014
BREAK sebentar!
Buat pengunjung setia blog Dobo: Mohon maaf bila untuk sementara waktu blog ini akan terbengkalai sementara dikarenakan yang punya blog sedang sibuk dengan sesuatu yang penting dalam hidupnya.
Kamis, 03 April 2014
DOBO 08: Bau Badan
Nyanyian Dobo membuat burung-burung kabur dari sarangnya, kalau di jaman sekarang mungkin akan mengganggu sinyal penerbangan.
Hal lain yang membuat nggak nyaman adalah bau badannya yang membuat mabuk penghuni sungai.
Jumat, 28 Maret 2014
Membuat Sketsa Cover Komik
Selain bikin komik sendiri, saya juga punya job sampingan me-layout komik orang lain, kadang sekalian membuat konsep cover komiknya.
Membuat konsep cover comik merupakan pekerjaan yang gampang-gampang susah.
Susahnya: cover komik harus tampil menarik, nggak melenceng dari cerita, membuat penasaran dan yang penting harus "menjual".
Gampangnya: setelah konsep selesai (berupa sket kasar) kita tinggal melemparnya ke orang lain.
Berikut ini beberapa contoh konsep cover yang pernah saya bikin. (Klik untuk memperbesar).
Ingat saat mendesain Cover komik, pastikan kamu menyediakan space untuk menaruh judul, penerbit dan nama pengarang.
Membuat konsep cover comik merupakan pekerjaan yang gampang-gampang susah.
Susahnya: cover komik harus tampil menarik, nggak melenceng dari cerita, membuat penasaran dan yang penting harus "menjual".
Gampangnya: setelah konsep selesai (berupa sket kasar) kita tinggal melemparnya ke orang lain.
Berikut ini beberapa contoh konsep cover yang pernah saya bikin. (Klik untuk memperbesar).
Digambar oleh Zarki |
Digambar oleh Sungging Priyanto (Studio 610) |
Digambar oleh Sungging Priyanto (Studio 610) |
Rabu, 26 Maret 2014
Rabu, 19 Maret 2014
DOBO 06: BELAJAR DARI PENGALAMAN
Asbu Jamke, singa paling buas di lembah Cingku Rongga rupanya cukup cerdas, ia tak mau untuk kedua kalinya kejatuhan tubuh Dobo yang cukup berat.
Namun perkiraannya kali ini meleset, ia tetep kena sial.
Sepertinya Dobo dan Asbu Jamke akan jadi musuh bebuyutan, dengan perseteruan tak kunjung henti.
Kamis, 13 Maret 2014
Senin, 10 Maret 2014
Petualangan DOBO : KISAH SEBUAH CELANA
Kisah ini merupakan bonus dari komik 101 Peradaban Purba, berkisah tentang asal usul celana Dobo yang berasal dari kulit kelinci. Klik untuk memperbesar.
Bagi yang belum punya komik 101 Peradaban Purba bisa pesan langsung di http://cendanabooks.com/work/101-peradaban-purba/
kirim email ke cendanabooks@yahoo.com
Kamis, 06 Maret 2014
KOMIK STRIP DOBO 04: DILARANG BERKOKOK
Dobo terperangah, ia tidak mempercayai apa yang dia lihat.
Berbagai makanan lezat melayang-layang di sekelilingnya. Mereka bagaikan kupu- kupu yang menggoda nurani untuk segera mencaploknya.
Ada daging mammuth, daging rusa, ikan gurami, buah-buahan, umbi-umbian, semuanya membuat air liur Dobo menetes tak karuan.
"Astaga,... Apakah aku ada di surga?"
Dengan semangat tinggi Dobo mencoba meraih daging mammuth yang melayang di depan hidungnya,....
Namun tiba tiba "Kukuruyuuuuuukk!!............ ..."
Kokokan ayam jantan membangunkannya dari mimpi.
"Ampun deh, gara-gara ayam itu aku gagal makan daging mammuth." Dobo menggerutu kesal.
"Yang,... Ayam itu menyuruh kita jangan malas. Kata kepala suku, bangun siang membuat rejeki di patuk ayam. Ayo lekas bangun!"
Istrinya Haibo, membujuknya untuk segera beranjak dari tempat tidurnya.
Dengan terpaksa Dobo pun beranjak dari peraduannya yang empuk.
Sudah beberapa hari ini dia sebel. Soalnya bunyi kokok ayam hutan membuatnya tak bisa bermalas-malasan.
"Sepertinya aku harus cari cara nih agar ayam itu tak berkokok lagi."
Hari terus berlalu, Suku gigi tongos menjalani hari seperti biasanya.
Sebenarnya dalam beberapa hari itu, Dobo berusaha untuk menangkap ayam hutan itu dengan berbagai cara tapi selalu gagal.
Hingga pada pagi ketiga.
"Kukuruyuuukkkk!..... Keeekkk!... Keeeghh!"
"Eh yank, kok bunyi kokok ayamnya beda ya?"
Haibo membangunkan suaminya.
"Mana aku tahu yang,... mungkin dia sedang sakit"
Hari mulai siang, Haibo melihat suaminya muncul dari pepohonan. Tampak ia menenteng seekor ayam hutan yang tubuhnya dipenuhi getah nangka.
"Yank, hari ini aku tak mendapatkan rusa, tapi hanya ayam hutan. Nggak apa-apa kan?"
"Ah nggak apa-apa kok"
"Yank... Kau emang istri paling cantik sedunia" Dobo mencium kening istrinya.
"Makaaaan!!!!" Dongbo berlari ke arah mereka.
Hari pun berlalu, pagi pun menjelang. Tapi pagi ini seluruh penghuni lembah Cingku Rongga bangun kesiangan.
"Waduh.... Aku seharusnya pergi ke ladang, nggak jadi deh." Werdo menggerutu.
"Astaga aku kan harus berburu rusa, siang begini jadi malas pergi, panas banget sinar mataharinya." Onblo ngedumel.
"Oaaahhhhh" Dobo terbangun dari tidurnya. Ia keluar dari rumah kayunya.
"Astaga ternyata sudah siang. Aku tidur nyenyak sekali hari ini."
"Yankk..." Haibo memanggilnya.
"Ada apa manisku."
"Kemarin kamu dapat ayam hutan darimana?"
"Memangnya kenapa?"
"Soalnya ayam yang biasanya berkokok hari ini nggak berkokok. Jangan-jangan yang kau tangkap ayam itu."
Waduh, kasih tahu nggak ya kalau memang ayam yang kemarin dia tangkap adalah ayam yang biasa berkokok di lembah Cingku Rongga. Tapi biarlah yang penting rejeki sudah tak dipatuk ayam lagi, pikir Dobo.
Kamis, 27 Februari 2014
Komik Strip DOBO : 03, OBESITAS
Bahkan Asbu Jamke, singa paling buas di lembah Cingku Rongga pun menyadari kalau obesitas-lah yang akan menghancurkan dunia, bukan terorisme, perang nuklir, jatuhnya meteor atau goyang oplosan.
Kecanggihan teknologi membuat orang malas bergerak, menciptakan monster lemak yang siap membunuh pelan-pelan umat manusia.
Senin, 24 Februari 2014
STICKER DOBO
Buat para pengguna Whatsapp, WeChat, Kakao Talk, Line, BBM dan lain-lain. Kali ini Dobo mempersembahkan "sticker" yang bisa digunakan untuk saling berkirim pesan.
Namun berhubung stiker ini termasuk jenis sticker abal-abal alias kawe-kawean (bukan cabe-cabean) dan belum teruji di ITB dan IPB, apalagi lolos SNI. Maka penggunaan sticker ini masih pake cara konvensional bin primitif.
Cara pemakaiannya sebagai berikut :
1. Download gambar sticker di bawah ini
2. Simpan dalam HP anda
3. Sticker dikirim sebagai "gambar/photo" via aplikasi messenger anda
Gampang kan!
Namun berhubung stiker ini termasuk jenis sticker abal-abal alias kawe-kawean (bukan cabe-cabean) dan belum teruji di ITB dan IPB, apalagi lolos SNI. Maka penggunaan sticker ini masih pake cara konvensional bin primitif.
Cara pemakaiannya sebagai berikut :
1. Download gambar sticker di bawah ini
2. Simpan dalam HP anda
3. Sticker dikirim sebagai "gambar/photo" via aplikasi messenger anda
Gampang kan!
Selamat berkirim pesan. Semoga anda menyukai.
Silahkan memberi saran dan kritik.
Jumat, 21 Februari 2014
Komik Strip DOBO : 02 "KAMUFLASE"
Badan yang gemuk membuat Dobo sulit bersembunyi, namun ia mempunyai solusi yang jitu saat harus bersembunyi dari bahaya yang mengancam.
Memang sih dia lolos dari kejaran si Badan Besar. Tapi akibat dari berendam di kubangan lumpur yang kotor, badannya jadi gatal-gatal. Pantatnya juga sakit akibat digigit kuda nil yang merasa privasinya terganggu.
Dalam hati Dobo cuma bisa menggerutu... "Sial, semua ini gara-gara ulah si Onblo."
Klik untuk Memperbesar |
Memang sih dia lolos dari kejaran si Badan Besar. Tapi akibat dari berendam di kubangan lumpur yang kotor, badannya jadi gatal-gatal. Pantatnya juga sakit akibat digigit kuda nil yang merasa privasinya terganggu.
Dalam hati Dobo cuma bisa menggerutu... "Sial, semua ini gara-gara ulah si Onblo."
Jumat, 14 Februari 2014
SPIDO : Si Pembalap Somplak
Komik Strip SPIDO, Koleksi Lama yang aku buat sekitar tahun 2005, sebagian pernah dimuat di koran Indopos,... Daripada cuma menyesaki hard disk mending aku persembahkan untuk pengunjung setia blog ini. Selamat menikmati.......(klik untuk memperbesar)
Wahyu Hidayatz : Spido |
Wahyu Hidayatz : Spido |
Wahyu Hidayatz : Spido |
Wahyu Hidayatz : Spido |
Rabu, 12 Februari 2014
KOMIK DOBO: "PELONTAR"
Rabu, 05 Februari 2014
DOBO DAN KOTORAN GAJAH
Mentari menyelinap di balik gunung. Kegelapan menyelimuti lembah Cingku Rongga. Orkestra jangkrik mulai memecahkan keheningan malam.
Kehidupan suku Gigi Tongos begitu malam menjelang begitu monoton.Setelah makan malam mereka suka ngobrol bersama di sekitar api unggun. Sebagian ada yang menari ada yang menyanyi. Setelah kelelahan mereka pun tidur......eit maksudnya makan malam lagi baru tidur di rumahnya masing-masing.
Angin malam berhembus membawa udara dingin melewati padang rumput dan menyapu perumahan suku Gigi Tongos. Dobo dan keluarga terlelap dan mengelana mengelana ke mimpinya masing-masing. Bau bunga sukun yang terbakar memenuhi ruangan, mengusir nyamuk-nyamuk yang kelaparan.Namun saat terbuai mimpi, tiba-tiba Dobo dan keluarganya dikejutkan oleh getaran yang mengguncang rumahnya.
"Yank... Ada gempa bumi!" Haibo membangunkan suaminya.
"Bukan yank! Itu segerombolan gajah yang sedang lewat, biarin aja lah. Mengganggu mereka sama saja bunuh diri."
Ketika gerombolan gajah sudah berlalu, mereka pun melanjutkan tidurnya.
Ayam berkokok, sinar mentari mengusir kabut dingin yang menyelimuti lembah Cingku Rongga. Sebagian suku Gigi Tongos mulai melakukan aktivitasnya, sebagian lagi masih terlelap, yang disebut belakangan jumlahnya lebih banyak.
"Yankkkkk!!!!!!" Dobo terbangun oleh teriakan istrinya."Ada apa sih yank? Masih pagi nih." Dobo enggan beranjak dari tempat tidurnya yang empuk. Terbuat dari jerami yang dibungkus dengan kulit domba.
"Banyak kotoran gajah di halaman!"
Waduh jangan-jangan gerabahku yang kujemur di halaman juga diinjak gajah, pikir Dobo. Ia pun meloncat dari tempat tidurnya dan bergegas menuju halaman rumah.
Betapa terkejutnya Dobo melihat sebagian gerabahnya hancur diinjak gajah. Kotoran gajah berceceran di halaman rumah menimbulkan bau yang menusuk hidung.
Dengan terpaksa Dobo pun membuang kotoran itu agar ia dan keluarganya tak tersiksa dengan bau tak sedap itu.Dobo membuang kotoran gajah itu di bawah pohon manggis yang terletak agak jauh dari rumahnya. "Kubuang di sini aja ah, kurasa tempat ini lumayan jauh dari rumah, jadi baunya nggak akan mengganggu"
Hari demi hari berlalu, tak banyak hal penting terjadi di lembah Cingku Rongga. Suku Gigi Tongos melakukan aktivitas seperti yang sudah-sudah. Makan, tidur dan berburu.
Bagi mereka melakukan hal baru merupakan awal dari malapetaka.
Siang itu matahari terasa begitu menyengat. Dobo membalik-balikkan gerabah yang dijemurnya agar keringnya lebih merata.
"Dengan panas segila ini, besok gerabahku sudah pasti siap untuk dibakar" kata Dobo sambil mengusap keringatnya.
"Makaaaaan!!!!" Dobo mendengar teriakan anaknya. Dobo pun menoleh ke belakang, ia melihat Dongbo sedang makan buah manggis yang sangat ranum.
"Dongbo kamu dapat buah manggis dari mana?"
Lalu Dongbo mengarahkan jarinya ke sebuah pohon manggis yang terletak agak jauh dari rumahnya. Dobo menghampiri pohon manggis itu.
"Astaga pohon ini berbuah lebat, padahal dulu buahnya jarang-jarang. Dan buahnya kini lebih besar daripada yang dulu."
Dobo juga melihat kalau rumput di sekitar pohon itu menjadi lebih subur dan hijau. "Hmmmm.... Sepertinya ini akibat dari kotoran gajah yang kubuang disini. Pasti kotoran itu yang membuat tanah disini jadi lebih subur." Otak Dobo berputar.
Dengan membawa keranjang rotan. Dobo pergi ke padang rumput. Di sana dia mengumpulkan kotoran gajah untuk dibawa pulang.
"Hei Dobo, kamu sudah gila ya!"
Dobo menoleh ke arah datangnya suara. Ia melihat Werdo dan Grakji sedang tertawa terpingkal-pingkal. Dobo tengsin bukan main. Waduh sepertinya dalam seminggu ini aku akan jadi bahan tertawaan nih, pikir Dobo.
Tapi biarin aja deh, sudah terlanjur. Aku akan tetap menjalankan rencanaku.
Dobo membawa kotoran gajah ke ladangnya yang terletak di belakang rumah.Ia lalu menaburkannya ke tanaman jagung miliknya yang kurang subur.Sepanjang hari Haibo mengeluhkan bau badan suaminya yang menyengat hidung.
Hari demi hari berlalu, tak banyak hal penting terjadi di lembah Cingku Rongga. Suku Gigi Tongos melakukan aktivitas seperti yang sudah-sudah. Makan, tidur dan berburu.
Bagi mereka melakukan hal baru merupakan awal dari malapetaka.
Seluruh suku Gigi Tongos heran melihat ladang jagung Dobo yang tumbuh subur.
Bertongkol-tongkol jagung terlihat montok siap untuk dipetik. Mereka akhirnya sadar kalau kotoran gajah dapat menyuburkan tanaman.
Werdo menghampiri Dobo yang sedang panen jagung.
"Hai Dobo, maaf ya kemarin mentertawakanmu, ternyata idemu keren sekali."
"Nggak apa-apa Werdo, aku nggak marah kok."
"Oya aku juga ingin meniru idemu agar kebun singkongku tumbuh subur."
"Bagus! Aku sangat mendukungmu."
Selesai.
Malam itu Dobo mendengar lagi segerombolan gajah lewat depan rumahnya.
"Yank,... Gerombolan gajah lewat lagi" kata Haibo.
" Bagus deh, jadi aku nggak perlu ke padang rumput buat cari kotoran gajah."
Tapi ketika bangun pagi Dobo heran.Astaga kenapa halaman rumahku tak ada kotoran gajah sedikit pun, tapi baunya masih tersisa.
"Hai Dobo!" Dobo melihat Werdo menghampirinya.
"Tadi pagi aku melihat halaman rumahmu kotor sekali, jadi aku membantu membersihkannya. Baik hati kan aku he he."
"Grrr.... Jadi kamu yang mengambil kotoran gajahku." Dobo melotot.
Werdo jadi serba salah.
Kehidupan suku Gigi Tongos begitu malam menjelang begitu monoton.Setelah makan malam mereka suka ngobrol bersama di sekitar api unggun. Sebagian ada yang menari ada yang menyanyi. Setelah kelelahan mereka pun tidur......eit maksudnya makan malam lagi baru tidur di rumahnya masing-masing.
Angin malam berhembus membawa udara dingin melewati padang rumput dan menyapu perumahan suku Gigi Tongos. Dobo dan keluarga terlelap dan mengelana mengelana ke mimpinya masing-masing. Bau bunga sukun yang terbakar memenuhi ruangan, mengusir nyamuk-nyamuk yang kelaparan.Namun saat terbuai mimpi, tiba-tiba Dobo dan keluarganya dikejutkan oleh getaran yang mengguncang rumahnya.
"Yank... Ada gempa bumi!" Haibo membangunkan suaminya.
"Bukan yank! Itu segerombolan gajah yang sedang lewat, biarin aja lah. Mengganggu mereka sama saja bunuh diri."
Ketika gerombolan gajah sudah berlalu, mereka pun melanjutkan tidurnya.
Ayam berkokok, sinar mentari mengusir kabut dingin yang menyelimuti lembah Cingku Rongga. Sebagian suku Gigi Tongos mulai melakukan aktivitasnya, sebagian lagi masih terlelap, yang disebut belakangan jumlahnya lebih banyak.
"Yankkkkk!!!!!!" Dobo terbangun oleh teriakan istrinya."Ada apa sih yank? Masih pagi nih." Dobo enggan beranjak dari tempat tidurnya yang empuk. Terbuat dari jerami yang dibungkus dengan kulit domba.
"Banyak kotoran gajah di halaman!"
Waduh jangan-jangan gerabahku yang kujemur di halaman juga diinjak gajah, pikir Dobo. Ia pun meloncat dari tempat tidurnya dan bergegas menuju halaman rumah.
Betapa terkejutnya Dobo melihat sebagian gerabahnya hancur diinjak gajah. Kotoran gajah berceceran di halaman rumah menimbulkan bau yang menusuk hidung.
Dengan terpaksa Dobo pun membuang kotoran itu agar ia dan keluarganya tak tersiksa dengan bau tak sedap itu.Dobo membuang kotoran gajah itu di bawah pohon manggis yang terletak agak jauh dari rumahnya. "Kubuang di sini aja ah, kurasa tempat ini lumayan jauh dari rumah, jadi baunya nggak akan mengganggu"
Hari demi hari berlalu, tak banyak hal penting terjadi di lembah Cingku Rongga. Suku Gigi Tongos melakukan aktivitas seperti yang sudah-sudah. Makan, tidur dan berburu.
Bagi mereka melakukan hal baru merupakan awal dari malapetaka.
Siang itu matahari terasa begitu menyengat. Dobo membalik-balikkan gerabah yang dijemurnya agar keringnya lebih merata.
"Dengan panas segila ini, besok gerabahku sudah pasti siap untuk dibakar" kata Dobo sambil mengusap keringatnya.
"Makaaaaan!!!!" Dobo mendengar teriakan anaknya. Dobo pun menoleh ke belakang, ia melihat Dongbo sedang makan buah manggis yang sangat ranum.
"Dongbo kamu dapat buah manggis dari mana?"
Lalu Dongbo mengarahkan jarinya ke sebuah pohon manggis yang terletak agak jauh dari rumahnya. Dobo menghampiri pohon manggis itu.
"Astaga pohon ini berbuah lebat, padahal dulu buahnya jarang-jarang. Dan buahnya kini lebih besar daripada yang dulu."
Dobo juga melihat kalau rumput di sekitar pohon itu menjadi lebih subur dan hijau. "Hmmmm.... Sepertinya ini akibat dari kotoran gajah yang kubuang disini. Pasti kotoran itu yang membuat tanah disini jadi lebih subur." Otak Dobo berputar.
Dengan membawa keranjang rotan. Dobo pergi ke padang rumput. Di sana dia mengumpulkan kotoran gajah untuk dibawa pulang.
"Hei Dobo, kamu sudah gila ya!"
Dobo menoleh ke arah datangnya suara. Ia melihat Werdo dan Grakji sedang tertawa terpingkal-pingkal. Dobo tengsin bukan main. Waduh sepertinya dalam seminggu ini aku akan jadi bahan tertawaan nih, pikir Dobo.
Tapi biarin aja deh, sudah terlanjur. Aku akan tetap menjalankan rencanaku.
Dobo membawa kotoran gajah ke ladangnya yang terletak di belakang rumah.Ia lalu menaburkannya ke tanaman jagung miliknya yang kurang subur.Sepanjang hari Haibo mengeluhkan bau badan suaminya yang menyengat hidung.
Hari demi hari berlalu, tak banyak hal penting terjadi di lembah Cingku Rongga. Suku Gigi Tongos melakukan aktivitas seperti yang sudah-sudah. Makan, tidur dan berburu.
Bagi mereka melakukan hal baru merupakan awal dari malapetaka.
Seluruh suku Gigi Tongos heran melihat ladang jagung Dobo yang tumbuh subur.
Bertongkol-tongkol jagung terlihat montok siap untuk dipetik. Mereka akhirnya sadar kalau kotoran gajah dapat menyuburkan tanaman.
Werdo menghampiri Dobo yang sedang panen jagung.
"Hai Dobo, maaf ya kemarin mentertawakanmu, ternyata idemu keren sekali."
"Nggak apa-apa Werdo, aku nggak marah kok."
"Oya aku juga ingin meniru idemu agar kebun singkongku tumbuh subur."
"Bagus! Aku sangat mendukungmu."
Selesai.
Malam itu Dobo mendengar lagi segerombolan gajah lewat depan rumahnya.
"Yank,... Gerombolan gajah lewat lagi" kata Haibo.
" Bagus deh, jadi aku nggak perlu ke padang rumput buat cari kotoran gajah."
Tapi ketika bangun pagi Dobo heran.Astaga kenapa halaman rumahku tak ada kotoran gajah sedikit pun, tapi baunya masih tersisa.
"Hai Dobo!" Dobo melihat Werdo menghampirinya.
"Tadi pagi aku melihat halaman rumahmu kotor sekali, jadi aku membantu membersihkannya. Baik hati kan aku he he."
"Grrr.... Jadi kamu yang mengambil kotoran gajahku." Dobo melotot.
Werdo jadi serba salah.
Langganan:
Postingan (Atom)