Selasa, 23 September 2014

DOBO: Mangga Bekas Kalong

klik untuk memperbesar


Kisah ini merupakan pengalaman waktu kecilku di kampung.


Saat itu di rumahku yang berhalaman luas banyak tumbuh pohon mangga. 
Ada beberapa jenis mangga, tapi yang kuingat hanya mangga kweni dan mangga sengir.
Mangga kweni kulitnya agak tebal, seratnya agak tebal dan berbau wangi yang menyengat hidung.
Mangga sengir untuk saat ini sudah jarang ditemukan. Padahal mangga ini menurut aku merupakan mangga yang paling uenak di dunia. Tekstur dan manisnya sangat pas, enaknya susah dilukiskan dengan kata-kata, harus dengan gigitan di mulut.



Ketika malam menjelang. Saat hendak terlelap dalam mimpi. 
Sayup-sayup aku mendengar suara "bug!". Suara ini nggak keras, namun aku bisa mendengarnya. Mungkin aku punya pendengaran ultrasonic he he.
Dari intonasi suara yang kudengar aku yakin suara itu mangga yang jatuh akibat dari gigitan kalong.
Biasanya kalau mendengar suara itu, bila belum terlalu malam aku langsung mengambil senter dan keluar rumah untuk mencari mangga itu.
Namun bila terlalu malam, aku biarkan saja. Nanti aku cari besok pagi saja dan berharap mangga itu tak diketemukan oleh orang yang lagi ngeronda.



Pagi buta, setelah ayam berkokok. Aku beranjak dari tempat tidur untuk mencari mangga bekas kalong. Biasanya di bawah satu pohon mangga kita bisa menemukan dua atau tiga mangga yang tergeletak di tanah. Namun berhubung statusnya sebagai barang sisa, ada mangga yang digigit kalong cuma sedikit ada juga yang disisain cuma sedikit.
Yang kuambil tentu saja yang buahnya masih banyak.
Aku mencari mangga nggak cuma di halaman rumah, tapi juga di kebon tetangga.
Mungkin ini bisa dianggap mencuri, tapi di kampungku bila ada mangga yang tergeletak di tanah maka hukumnya " yang menemukan adalah yang memiliki" he he.



Mangga yang kutemukan kemudian aku simpan di dapur. Nanti siang sehabis pulang sekolah aku makan. Tentu saja bekas gigitan sang kalong dibuang terlebih dahulu.
Mungkin ini kedengarannya jorok, nggak higienis dan mengundang penyakit. Tapi percayalah rasanya dasyat banget.
Hal ini karena indra penciuman kalong sangat tajam, sehingga ia bisa menemukan mangga dengan tingkat kematangan yang sempurna.



Bandingkan dengan mangga yang biasa kita konsumsi saat ini. Mangga itu dipetik saat mangga belum terlalu matang. Kemudian dimatangkan dengan paksa dengan karbit. Jadi rasanya tentu saja tidak spektakuler.


Saat ini karena pengaruh teknologi, menanam pohon mangga tak memerlukan waktu yang lama untuk menunggu pohon itu berbuah. Berbeda dengan jaman dahulu yang harus menunggu bertahun-tahun sampai pohon yang kita tanam berbuah.
Hal ini juga mempengaruhi rasa. Walau matang di pohon, rasa mangga jaman sekarang nggak dasyat lagi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar